Kurang lebih kali ini saya menyentuh area sosiologi sedikit, di samping memang sosiologi sekarang sudah menjadi makanan saya sehari-hari.
Bagaimana kalau sekarang saya mencoba menjabarkan hasil pengamatan di sekeliling saya, kebetulan memang saya berada di tengah-tengah pelajar internasional yang kelihatan gigih mengejar ilmu di tanah Britain.
![]() |
Menyebut kata gigih bisa jadi artifisial, bisa jadi memang sebenarnya mereka berjuang mati-matian. Namun kadar kegigihan setiap orang tentu berbeda, mereka punya standar masing-masing. Budaya dan pemahaman diri adalah faktor penentu kadar tersebut. Pierre Bourdieu mengungkapkan bahwa setiap orang memang lahir di tengah lingkungan masyarakat dengan nilai dan norma yang menuntut untuk dipatuhi, namun mereka adalah individu berpikir yang setiap perilakunya adalah strategi.
Konsep yang dinamakan habitus itu berlaku dimana pun kita pergi, tinggal, dan hidup di tengah masyarakat terutama masyarakat majemuk. Mereka termasuk saya tentunya, mungkin berulang kali menyesuaikan kadar kegigihan kita, termasuk bagaimana cara kita bisa masuk dan diakui oleh lingkungan sosial. Kegigihan untuk belajar, mendengar, berdiskusi, bergaul, hingga dapat memimpin kelompok kecil baik formal maupun informal.
Jika sebelumnya saya bisa memimpin organisasi, bukan berarti di sini saya bisa memimpin kelompok belajar saya. Segigih apa pun saya berusaha menonjol, perbedaan itu tetap ada. Penyesuaian, menaikkan dan menurunkan standar maupun kadar bisa jadi saya lakukan setiap jam, menit, detik, selama saya berinteraksi dengan mereka. Perbedaan bahasa boleh jadi hal eksplisit dan yang paling mudah dijelaskan, namun bagaimana dengan pola pikir, nilai, norma, dan perilaku yang sudah berakar kuat yang telah kita bawa selama ini. Saya coba menjabarkan tiga gaya kepemimpinan paling sederhana dari tiga individu dari negara yang berbeda,
- Seorang pelajar laki-laki Jerman (J) berusia 20an tanpa latar belakang pekerjaan secara profesional. Suatu saat saya diharuskan berdiskusi kelompok dengannya. Empat di antara kami, hanya tiga yang berdiskusi secara mendalam dan signifikan, tidak termasuk seorang pelajar Vietnam. Saya sendiri sudah mengambil ancang-ancang untuk membuktikan kegigihan saya dalam belajar dan memimpin. Sepuluh menit pertama, J masih berkutat dengan bahan bacaannya. Lalu tak lama dia siap terlibat dan melontarkan segala opininya, tanpa benar-benar mendengarkan opini teman sekelompoknya. Saya sendiri berusaha merangkum, mengambil garis besar agar dapat dipresentasikan kepada dosen. Tiba saat kelompok kami harus berbicara, tanpa mempertimbangkan anggota kelompok lain, J langsung angkat bicara.
- Lain halnya seorang pelajar wanita dari Kanada (M) berusia 20an tanpa latar belakang dalam bekerja secara profesional sebelumnya, plus dengan latar belakang pendidikan geografi (bukan ilmu sosial tentunya). Bukan saya yang terlibat dalam diskusi, namun teman saya, dan kebetulan saya di sebelah mereka dan mendapat kesempatan untuk curi dengar. Mereka sedang terlibat dalam pengaturan proyek kelompok, membagi peran, waktu pengerjaan, dan format pekerjaan. Kurang lebih dalam waktu 20 menit, M tidak berhenti berbicara, ia lah pemimpin dalam kelompok itu, semua berdasarkan pengaturannya. Ketiga anggota lain bisa dikatakan cenderung submisif dan hanya menyela jika ada yang kurang mengerti atau melontarkan pernyataan yang sekiranya sejalan dengan M. Karena M memimpin diskusi, alur percakapan mereka pun baik formal maupun informal dia lah yang menentukan.
- Kali ini seorang pelajar wanita dari dataran Cina (L), berusia 20an pernah bekerja secara profesional sebelumnya. Bisa dikatakan saya sudah dua kali berdiskusi kelompok dengannya. Pertama kali kami sekelompok, ia berada di tengah kami para pelajar olahraga (MA Sport program). Bisa dikatakan ia seorang Asia tambahan selain saya, dua lainnya pribumi dan satu orang lain dari Austria. Saya bisa melihat awal tanda kegigihan, bagaimana ia mencoba mencari posisi yang tepat di antara kami. Mencoba menyesuaikan diri tanpa berusaha terlalu menonjol. Kali kedua saya dengannya, saya berada di antara tiga pelajar dari Cina. Saya mengambil posisi pemimpin dalam grup, dan L jujur membuat saya terkejut karena kini ia jauh lebih percaya diri. Mengutarakan pendapatnya saat ia tidak setuju dengan pendapat saya. Alhasil diskusi untuk empat orang berubah menjadi hanya dua orang saja, karena sisanya hanya mengikuti arus.
Saya sendiri terkadang suka mengikuti arus kalau memang arus itu membuat saya nyaman dan berada di jalur yang tepat. Namun menentangnya bukan hal yang tabu atau berbahaya di sini. Semakin kita menentangnya dengan argumen dan logika berpikir yang kuat, semakin kita dikagumi dan berhasil mendapat tempat di arena mereka. Ya, arena (field) dalam konsep Bourdieu bisa jadi hal yang tepat untuk mengekspresikan suatu kegigihan untuk mendapatkan apa yang tidak hanya kita mau, namun orang lain juga menginginkannya ; posisi strategis/kepemimpinan.
Tidak semua orang punya hasrat itu, namun di sini, hampir semua pelajar dari negara-negara adidaya punya hasrat memimpin, hasrat untuk membuktikan kegigihan mereka. Di dalam kelompok kecil saya, para pelajar olahraga, bisa dikatakan kami semua punya hasrat yang kuat untuk memimpin. Pelajar lain cenderung takut berada di dekat kami jika kami sedang berdiskusi, tapi selalu berakhir praktis, mudah, cepat, dan memuaskan.
Semua orang boleh punya kepala, hasrat, kegigihan, tapi menggabungkan itu dengan milik orang lain bukan hal yang mudah, dan lain lagi persoalannya dalam mempelajari hal tersebut..
*bukan maksud saya untuk rasis dengan membandingkan latar belakang dari segi negara, namun tujuan saya untuk pembelajaran dan lebih mudah untuk dipahami jika merujuk latar belakang negara.
Source :
Pictures,
http://martinwilson.info/wp-content/uploads/2010/11/brighton-uni-marketing.jpg
http://martinwilson.info/wp-content/uploads/2010/11/brighton-uni-marketing.jpg
http://studentaffairs.mcmaster.ca/services/images/pic1-hire_a_student.jpg
http://www.babson.edu/student-life/clubs-activities/PublishingImages/student-megaphone.png
http://www.babson.edu/student-life/clubs-activities/PublishingImages/student-megaphone.png
0 comments:
Post a Comment