Saturday, March 31, 2012

Suatu saat, saya pernah mengarahkan partner kerja saya, namun ia tidak mau mendengarkan dan bertahan dengan ide yang ia punya dalam mengatasi masalah yang terjadi. Saya pun tetap bertahan dengan pemikiran saya sehingga saya dan teman saya tersebut tak berhenti mendebat satu sama lain. Waktu kami terbuang, solusi pun terkatung-katung. Saat itu saya masih SMA dan menjabat sebagai wakil ketua OSIS tidak dapat dikatakan mudah untuk remaja seusia saya waktu itu. Emosi yang masih meluap luap dan dalam tahap pengembangan diri menimbulkan pengambilan keputusan yang tidak efektif. Tidak jarang saya mengatasi suatu konflik secara egosentris. 

Well, jika teman-teman pernah berada di posisi yang sama, cepatlah beranjak. Karena jika kita menilik sedikit dari teori kepemimpinan, hal tersebut tidaklah sehat untuk suatu organisasi. Path Goal Theory dapat menuntun kita dalam menciptakan atmosfer yang kondusif di dalam organisasi.

Teori dari House & Mitchell ini menjelaskan bahwa orang akan merasa puas bekerja, bila pekerjaan tersebut membawa nilai kepuasaan yang tinggi. Di samping itu, orang percaya bahwa dengan kerja keras maka setiap upaya akan membawa keuntungan besar. Proposisi dari teori atau yang mendukung penjelasan tersebut dapat melalui :
- tingkah laku seorang pemimpin akan dapat diterima dan memuaskan bawahan apabila bawahan percaya
   bahwa tingkah laku tersebut merupakan sumber kepuasan yang akan datang.
- tingkah laku pemimpin akan memberi motivasi bawahan bila kebutuhan kepuasan bawahan tergantung
   pada efektivitas kepemimpinan dan kinerja mereka sendiri.

Dapat dikatakan bahwa teori ini menuntun kita agar dapat menjadi motor penggerak bagi anggota organisasi sehingga memotivasi mereka agar dapat bekerja secara efektif dan memberikan kepuasan. Untuk menjadi motor penggerak tidaklah mudah, kita harus dipercaya dan memimpin secara efektif pula. Bagaimana caranya? Well, saya selalu berusaha menjawab hal tersebut dari saat saya memimpin organisasi intra sekolah sampai saat ini himpunan mahasiswa. Kunci utama dalam menjadi motor bagi organisasi beserta segala elemennya adalah mendengarkan dan mengarahkan. Lalu biarkan mereka yang menjalankan, memutuskan untuk diri mereka sendiri. Jangan paksakan apa yang kita hendaki. Jika mereka sudah memutuskan, dukung dan monitor mereka. Jadi pada saat mereka menghadapi masalah atau keputusan mereka tidak cocok di tengah jalan, maka kita ada untuk selalu membantu dan saatnya memutuskan untuk masalah tersebut.

Dengan begitu mereka akan percaya kepada kita dan ide-ide kita. Membangun kepercayaan memang butuh waktu yang tidak sedikit, dibutuhkan pembuktian-pembuktian nyata yang berkesinambungan. Dibutuhkan kesabaran ekstra melebihi siapapun. Di saat anggota telah merasa bahwa keputusan yang kita buat untuk mereka ternyata efektif, maka tak ayal mereka akan membutuhkan kita untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Itulah fungsi seorang pemimpin. Mendorong orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk maju dan menemukan potensi mereka sehingga kepuasan pun tercapai. 

Lalu di saat anggota berhasil melaksanakan tugas atau mengatasi masalah dengan baik, maka berilah penghargaan kepada mereka. Hal tersebut akan memotivasi mereka untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Walaupun penghargaan dari pemimpin hanya dengan berterima kasih dan mengumumkannya di depan anggota lain, hal tersebut sudah sangat memberikan kepuasan bagi anggota tersebut. Janganlah menjadi pemimpin yang sombong, yang irit dalam mengucapkan pujian dan kata-kata motivasi bagi anggotanya!



2 comments:

  1. setuju.. mendengarkan dan mengarahkan.. kita kasih partner kita arahan yang jelas, soal cara mereka lah yang memutuskan.. yang penting ngga keluar dari arahan yg udah dikasih.. nice article gan, keep posting :-D

    ReplyDelete

Powered by Blogger.